logo
 
 
  Indonesia | English  
 
   
    0001.jpg
drg. Maria Tan: Mereka Anak-anak Kami.
Yayasan Anugerah Sejahtera Indonesia (YASINDO) yang melayani narapidana dan mantan narapidana, Oktober 2017, berulang tahun ke-25. Maria Tan, salah satu pendiri yayasan yang punya visi mengembalikan narapidana ke tengah masyarakat. Anak binaan YASINDO memanggilnya mami.
Inilah kesaksiannya.
Rajin ke gereja dan mengikuti peribadatan dengan baik tidak membuat Maria paham arti keselamatan. Kehampaan rohani itulah yang membuatnya terus mencari Tuhan.

Persekutuan Selasa Pagi.
Seorang tetangga mengajaknya datang ke sebuah persekutuan yang diadakan oleh Full Gospel Businessmen's Fellowship di hotel Orchid, Jakarta Barat. Salah satu acara persekutuan Selasa pagi adalah kesaksian dari orang yang telah ditolong Tuhan. Ada orang yang dikejar-kejar hutang besar akhirnya bisa melunasi hutang dengan cara tidak terduga. Ada orang yang sakit menahun disembuhkan Tuhan. "Saya melihat kekristenan yang hidup dari kesaksian itu," ujar kelahiran Probolinggo 22 Juni 1957 ini. Firman Tuhan yang didengarnya begitu hidup. Roh Kudus bekerja atas Maria. Rasa syukur sebagai orang yang diselamatkan Tuhan Yesus meluap dalam hatinya. Maria gemar berdoa dan membaca Alkitab dan mendatangi persekutuan. "Saya merasa seperti orang berutang. Setelah melek, saya ingin orang lain mengalami seperti saya, menganal Tuhan secara pribadi."
Maria ingin melayani Tuhan. Ia ingin mengabarkan kabar sukacita, keselamatan dalam nama Tuhan Yesus. Setahun kemudian, akhir 1998, tepat lima tahun sebagai PNS. Maria meletakan jabatan PNS. Peraturan pemerintah waktu itu, pada tahun ke lima, PNS bisa mengambil pensiun dini. Lantas Maria hanya praktik sore di rumah.

Pasien Istimewa.
Saat jam makan siang, praktik tutup, ada tamu yang mengetuk pintu. Ia datang karena ingin memasang kembali jacket crown gigi depan yang lepas. Pasien tersebut bernama Vera. "Ia bercerita bahwa ia melayani di penjara. Saya penasaran ingin ikut melayani disana. Bu Vera senang dan mengizinkan saya mengikutinya ke Lapas Pemuda Tangerang pada hari Selasa. Itulah awal saya melayani dari penjara ke penjara," jelas jebolan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti 1982 ini.

Penjara tidak hanya mempertemukan Maria dengan banyak narapidana, melainkan juga dengan pelayan Tuhan yang melayani di penjara. Salah satunya adalah Bapak Arif Wibisono. Dari Pak Arif, Maria mengenal Pak Toni Taniara yang tinggal di Jakarta. Bersama Pak Toni dan beberapa teman, Maria mendirikan YASINDO, yayasan yang bergerak di bidang pelayanan penjara dan mantan narapidana, pada 26 Oktober 1992.

Jakarta-Singapore.
Karena suami pindah tugas di Singapore, Maria dan kedua anak mereka ikut pindah. Namun, hati melayani penjara tidak padam. Dalam hal waktu ia tidak bisa bebas seperti dulu, tetapi setiap bulan Maria ke Indonesia untuk melayani bersama YASINDO.
Apartemen yang diberikan oleh perusahaan suami, berada di depan rumah sakit Mount Elizabeth yang saat itu 70% pasien adalah orang Indonesia. "Suatu kali ada hamba Tuhan yang mengundang gereja-gereja berbahasa Indonesia di Singapore membentuk pelayanan bersama bagi orang Indonesia yang sedang berobat di Singapore. Bentuk pelayanan tidak saja mendoakan, tetapi juga menemani ke dokter, mencarikan apartemen, ngajarin naik MRT, cara beli tiket, dan banyak hal lain. Atas usulan teman, saya mengelola sendiri apartemen untuk orang sakit karena banyak sekali orang Indonesia mencari apartemen. Saya tiga bulan sekali ke Indonesia."
Rumah di Jakarta diserahkan untuk kantor YASINDO dan showroom usaha YASINDO dalam bidang perkayuan seperti membuat mimbar, hiasan dinding dan pigura. Sedangkan asrama berada di Ciater. "Satu kali Pak Toni menelpon saya bahwa ada rumah bekas indekos dengan 28 kamar di daerah Puspiptek dijual. Pas dengan doa saya, saya ingin sekali punya tempat lebih luas untuk asrama. Puji Tuhan, terbeli," ungkap isteri Ir. Tan Tek Houw dan ibu Esti Adithama, dan Tania Adithama ini.
Pada 2001 suami Maria tidak lagi bekerja sehingga Maria punya waktu lebih banyak melayani bersama YASINDO. "Maret 2008 Pak Toni dipanggil Tuhan. Saya dan suami, Pak Tan mendapat 'warisan pelayanan' ini. Saya mondar-mandir  Indonesia-Singapore. Sembilan tahun dalam sebulan, 7 sampai 10 hari saya ada di Indonesia."

Kasih Tak Terbatas
Banyak napi setelah keluar dari penjara bingung mau kemana, apalagi mereka yang ditolak keluarga. YASINDO mendampingi mereka. Bukan hal mudah melayani napi atau mantan napi. "Memang tidak mudah melayani mereka. Jujur saja, tingkah laku mereka sering mengecewakan, kadang tidak bisa berterima kasih. Banyak yang lari dari pelayanan. Mereka drop out dari sekolah. Bahkan tidak sedikit anak binaan yang sudah kami tolong malah memaki-maki kami. Goresan luka itu saya bawa di kaki Tuhan Yesus. Di situlah saya belajar tentang kasih Kristus, kasih tak terbatas. Saya belajar melakukan Firman untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kebaikan dan mendoakan mereka. Rasa kesal hilang," jelas Maria tertawa.
Maria sangat mengasihi anak-anak binaan. Ia menganggap mereka seperti anak-anaknya sendiri. "Tahun ini ada 22 anak yang bersekolah. Dua anak bersekolah Alkitab, 20 anak program S1 Teologi. Banyak dari mereka berprestasi. Saya memperlakukan mereka seperti anak sendiri. Ketika mereka masuk sekolah, saya menyiapkan segala sesuatunya, dari tas, koper, pakaian, sampai kaos dalam." Anak-anak kandung apakah tidak iri atau marah melihat orangtua mereka sangat dekat dengan anak binaan? "Tidak sama sekali. Malah sebaliknya. Mereka adalah donatur pelayanan YASINDO. Sewaktu kecil saya sering mengajak mereka ke penjara, nyanyi di acara ibadah. Mereka sudah sangat dekat dengan pelayanan ini. Mereka kadang ikut saya dan Pak Tan acara wisuda anak-anak binaan. Saya sangat menikmati panggilan Tuhan, malayani mereka. Mereka adalah anak-anak kami." tuturnya lembut. ~Niken~
Sumber: Majalah Rohani Populer BAHANA. Oktober 2017 Vol. 318

       
 
       Galeri

 
0002.jpg
 
 
0003.jpg
 
 
0004.jpg
 
 
0006.jpg
 
 
0007.jpg
 
 
FB_IMG_1509370046771.jpg
 
       
 
    Kembali