|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
Indonesia | English | |||||||||||||
Renungan SEBUAH KESEMPATAN ( Mat. 9:9-13) Pada masa pelayanan Tuhan Yesus, sebagian besar wilayah Timur Tengah berada dibawah kekuasaan Romawi dan semua wilayah yang ada dibawah kekuasaannya diwajibkan membayar pajak kepada Kaisar. Ketika pemerintah Romawi mengadakan sensus penduduk sebenarnya sasarannya adalah agar pemerintah mengetahui besarnya pajak yang akan mereka terima. Dan untuk menagih pajak tersebut ditempatkanlah orang-orang khusus yang lebih dikenal dengan istilah “pemungut cukai” (TELONAI) yang salah satunya bernama Matius dan dalam kitab Markus dan Lukas menyebutnya Lewi anak Alfeus ( Mark.2:14, Luk. 5:28-29). Sebagai seorang Telonai, Matius menjadi orang kepercayaan dikalangan pemerintahan Romawi terutama para pejabat dan orang kaya Syria dengan tujuan untuk memuluskan usaha dagang mereka. Sebaliknya, bagi kalangan Yahudi fanatik dan rakyat kelas bawah, pemungut cukai adalah orang yang paling dibenci. Hal ini tentunya mengganggu pikiran Matius. Ia tidak ingin terus menerus dibenci oleh orang-orang disekelilingnya. Siapapun orangnya dalam hati kecilnya tentulah juga memiliki keinginan untuk disenangi, dihormati dan diterima. Yang menjadi pertanyaannya adalah; Apa yang membuat Yesus tertarik terhadap pribadi Matius ini, hingga Yesus datang menghampirinya? 1. Pribadi yang Penuh Tanggung Jawab ( ay. 9 ) Ketika Tuhan Yesus pergi dari Kapernaun (Mat. 9:1 band. Mat. 2:1) Yesus melihat Matius duduk di rumah cukai (Telonion). Telonion adalah tempat yang telah disepakati oleh pemerintah Romawi bagi Matius untuk memungut pajak. Matius tidak bisa sesuka hatinya untuk berpindah tempat dalam memungut pajak, Matius tunduk dan taat atas kesepakatan itu. Menurut ahli sejarah, dimanapun Tuhan Yesus berada selalu ditempatkan perajurit Romawi untuk mengawasi-Nya. Sebab kehadiran Tuhan Yesus selalu mengundang masa yang banyak. Dan Tuhan Yesus menjadi figur yang disegani dan dihormati khususnya bagi mereka yang tertindas. Waktu Yesus berjalan tentunya ada banyak orang yang berbondong-bondong mengikuti-Nya termasuk para murid. Ketika Tuhan Yesus melihat Matius, Tuhan Yesus merasakan kedalaman hati Matius sebagai pemungut cukai yang dibenci banyak orang. Pertemuan antara Tuhan Yesus dengan Matius tentunya mengundang banyak pertanyaan dihati orang-orang yang mengikutinya. Sebagai 'Guru’ orang banyak berharap Tuhan Yesus memarahi dan mencaci maki Matius atau minimal menegur Matius dengan teguran yang keras. Tetapi ternyata Tuhan Yesus tidak melakukan seperti yang kebanyakan orang lain lakukan. Tuhan Yesus berkata; Ikutlah Aku.... Ajakan Tuhan Yesus ini telah mematahkan semua anggapan dan praduga orang-orang yang mengikuti-Nya. Spontan Matius berdiri dan mengikut Tuhan Yesus. Bagi Matius, selama ini banyak orang yang memandang rendah dan menolak dirinya karena ia bekerja untuk kaisar Romawi yang dipandang jahat oleh banyak orang. Ketika Matius mendapat kesempatan dari Tuhan Yesus, ia langsung meresponi. Sekalipun Matius kehilangan pekerjaannya, tetapi ia mendapatkan kasih bukan saja dari Tuhan Yesus tetapi juga dari semua orang yang pernah ia sakiti/peras. Tuhan memberikan banyak kesempatan kepada kita, dan ada begitu banyak rupa-rupa kesempatan yang diberikan Tuhan bagi setiap orang. Semua berpulang kepada pribadi kita adakah meraih kesempatan yang Tuhan Yesus berikan. Esensi perubahan yang dilakukan Matius bukan meninggalkan pekerjaannya, melainkan meninggalkan karakter lamanya. 2. Pribadi yang Menjadi Berkat. (ay.10) Dampak perubahan yang nyata dari Matius adalah ia dengan rendah hati mengakui dan meminta maaf atas semua perbuatan yang telah ia lakukan. Bahkan yang paling ekstrim ketika ia mengembalikan harta orang yang pernah ia peras. Saat yang bersamaan bukan hanya satu pemungut cukai yang bertobat tetapi ada banyak pemungut cukai lain ( Telonai ) yang bertobat. Perubahan yang terjadi dalam diri Matius telah membawa perubahan bagi lingkungannya. Dengan pertobatan Matius secara terbuka membuat rekan seprofesinya bertobat. Kini antara Matius dan para pemungut cukai lainnya tidak ada lagi sekat pembatas, mereka telah menyatu kembali sebagai rakyat dan umat Tuhan. Disini kita belajar, bahwa orang yang kita anggap jahat/berdosa bukanlah orang yang harus dijauhi, justru merekalah yang perlu dikasihi. Selama ini sikap permusuhan yang ditunjukkan dan dilakukan orang Farisi terbukti tidak membawa perubahan apapun bagi Matius dan pemungut cukai lainnya. Sebaliknya Tuhan Yesus berkata kepada mereka yang menganggap dirinya benar; 'pergilah dan pelajarilah arti firman ini....' Bagi orang Farisi kalimat ini adalah teguran yang sangat keras karena Tuhan Yesus menegur mereka dengan mengutip: “tse ulmod” (pergilah dan pelajarilah). Kata tse ulmod sendiri adalah kalimat yang populer diperdengarkan setiap kali orang Farisi mengajar di Bait Allah. Tse ulmod adalah kutipan dari Tanakh orang Yahudi ( Tanakh adalah singkatan Torat Nevi'im dan Khetuvim yang merupakan buku acuan pengajaran mereka), dengan kata lain sebenarnya dapat diartikan; “mestinya kalian lebih tahu mengenai hal ini” atau “kalian tahu jawabannya”. Bagaimana dengan kita? Adakah kita telah menerima kesempatan yang Tuhan berikan atau justru mengabaikannya? Adakah kita telah menjadi berkat bagi orang lain? Sebagai umat Tuhan, sudah selayaknya kita lebih tahu dari mereka yang belum mengenal Tuhan, sebab semuanya telah tertulis dalam Alkitab. Mari hidup ini adalah sebuah kesempatan....gunakanlah untuk memuliakan Tuhan, amin. |
|||||||||||||
Kembali | |||||||||||||