|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
Indonesia | English | |||||||||||||
Nama saya Daud Turah, lahir di Wonosobo dari keluarga Muslim. Saya tidak mendapat kasih sayang dari ayah saya, bahkan hampir setiap hari mendapat hukuman fisik dan mental. Dimata ayah saya adalah orang yang tidak berguna bahkan pernah terucap dari mulutnya “lebih baik memberi makan anjing dari pada kamu, ayah tidak akan merasa rugi kehilangan kamu!” Saya tidak berani melawan, tetapi saya memendam amarah dan sakit hati terhadap ayah saya. Hal ini mendorong saya untuk melarikan diri dari rumah menuju Jakarta dengan tidak ada tujuan yang pasti. Saya naik bus dengan uang hasil curian, saat itu saya baru berusia 12 tahun. Sesampai di Jakarta tepatnya di Grogol saya menangis karena ketakutan dan bingung. Seorang pria jalanan menghampiri saya dan bertanya “mau kemana dan cari siapa?“ Saya menjawab “tidak tau bang!” saya menjelaskan kepada pria itu apa adanya. Dia memberi saya makan dan mengajak tinggal dikolong jembatan Citraland. Dari sanalah awalnya saya menjadi pengamen dan terlibat kriminal. Saya sempat mendengar nama Isa Almasih dari beberapa mahasiswa yang setiap Sabtu datang memberi makan kepada anak jalanan dan diajak untuk percaya kepada Isa Almasih walaupun belum mengerti. Pada satu hari saya membuat masalah di Jakarta dan melarikan diri ke Semarang. Disana saya terjebak dalam dunia hitam. Tahun 2001 saya masuk penjara Kedungpane Semarang selama 1 tahun karena kasus 351 (penganiayaan). Setelah bebas saya kembali hidup sebagai anak jalanan. Setelah itu saya pindah ke Magelang dan menjadi pengamen, pemalak (meminta dengan paksa) dan sering berkelahi. Tahun 2005 saya melakukan kasus pengeroyokan, hal ini membawa saya kembali merasakan kerasnya jeruji besi di penjara Magelang dan dihukum 2 tahun 11 bulan. Setiap hari saya mengikuti bimbingan kerja membuat kerajinan tangan. Di penjara inipun saya hanya mencari kesenangan, belum ada keinginan untuk berubah. Setelah saya bebas dari Lapas Magelang saya masuk satu yayasan di Semarang, tetapi tidak lama. Thn 2009 saya terlibat kasus pembunuhan. Saya membunuh seorang preman karena orang tsb menghina teman dekat saya. Kami anak jalanan punya rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama teman. Akibat perbuatan saya ini, saya divonis 12 tahun penjara di Nusakambangan. Selama saya di penjara Nusakambangan tidak membuat saya jera atau berubah, malahan disana saya mengalami kerusakan total. Mabuk pil atau obat terlarang itulah rutinitas saya setiap hari, yang mengakibatkan saya mengalami overdosis. Saya menjadi tamping KPLP sehingga tidak sulit bagi saya untuk mendapatkan akses bebas bergerak di penjara. Total waktu yang saya jalani 8 tahun 3 bulan. Tahun 2017 saya bebas dari Nusakambangan, lalu bertekad untuk ke Jakarta. Saya menjadi tukang parkir tapi tidak bertahan lama. Saya jenuh dengan hidup saya dan terjebak dalam lubang yang makin dalam. Saya teringat waktu di Nusakambangan sempat menghadiri ibadah di gereja dan mengenal seorang hamba Tuhan, lalu saya mencari hamba Tuhan tersebut di daerah Gunung Sahari. Perjumpaan kami membawa saya ke YASINDO, bermodalkan keinginan untuk menjadi orang yang lebih baik. Beberapa bulan di asrama Yasindo saya pernah coba keluar dari sana, tapi cuma bertahan 3 hari lalu saya balik lagi dan diterima kembali. Kembali saya menjalani hari-hari di YASINDO semampu saya, tapi untuk kedua kalinya saya gagal. Setelah 1 tahun menjalani pembinaan di Yasindo saya kembali meninggalkan YASINDO. Akhirnya saya kembali ke kampung halaman di Wonosobo. Saya bekerja menjadi supir sayur sekitar 8 bulan. Ibu saya tidak mengetahui bahwasanya saya sudah menjadi Kristen. Jujur muncul kegelisahan dalam diri saya! Hati saya tidak bisa menerima kembali untuk melakukan shalat. Saya jadi bingung, disatu pihak saya tidak mungkin kembali ke YASINDO karena saya sudah membuat ulah, tapi saya juga tidak betah di rumah karena tuntutan dari keluarga untuk menjalankan shalat. Dalam keadaan yang rumit ini saya memberanikan diri menghubungi mami Maria (pimpinan YASINDO), saya menjelaskan keadaan yang saya alami. Saya bersyukur mami Maria memberikan saya kesempatan untuk ketiga kalinya, dia merekomendasikan saya untuk ketempat Bang Naldo di Pontianak. Selama 8 bulan di Pontianak saya belajar mengenal Tuhan lebih dalam dan mulai sadar banyak hal yang perlu diperbaiki dalam diri saya. Hampir setiap hari saya pelayanan ke penjara dan ke pedalaman. Hal ini mengajarkan saya untuk melihat dunia dengan sudut pandang yang baru. Sejak disini saya mulai bisa membaca dengan baik. Saya berharap bisa memaksimalkan potensi diri disini, sehingga nanti hidup saya bisa menjadi kesaksian yang memuliakan nama Tuhan. Jika TUHAN mengizinkan suatu saat nanti saya ingin kembali menjadi berkat buat teman-teman di YASINDO. |
|||||||||||||
Kembali | |||||||||||||